Merdeka Itu

Sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUs_zuQwSlbo0PQUJJu8ck4ZM9zc6XVV5aBDpgfZ3qlGrB3aXgypVQXer7x4SfRfrwZKfgWMhKCpVMxdc7yRMgFLQKKatKOs28B1M8rmyaGw_MlZy8SO9Q6v-daS6iqO9Rpi85VPAyX_A/s1600/bendera+(fikimaulani.wordpress.com).jpg

Merdeka itu melihat nyala api menari-nari di atas beton dan tulang baja. Melalap keserakahan yang tumbuh dalam diri dan menghanguskan prasangka yang gemar menjatuhkan pada neraka.

Merdeka itu hembus angin yang menerbangkan kesedihan hingga tak lagi ada. Terjawabnya rahasia kematian penyair yang hilang entah kemana. Dibukanya pintu menuju surga bagi para istri dan anak yang ditinggal berjuang oleh suaminya.

Merdeka itu, hari ini, menyaksikan rupa kota yang dibangun dengan dusta. Menimbun harapan nelayan dengan pasir yang ditambang dengan iming-iming dan tipu daya. Hilangnya tempat bermain dan habisnya waktu untuk bersenang-senang dengan sanak-saudara.

Namun, masihkah kita merdeka, Jika tangan-tangan negara dengan jahil merecoki rumah dan dapur kita. Jika kaki-kaki negara menganggap buku-buku tentang motivasi lebih hebat dari buku yang bicara tentang makna merdeka.

Kini, sudah berapa lama sejak Dwitunggal mentitahkan tentang bebasnya hidup kita dari jerat penjajah?

Barangkali, angka-angka itu tak lebih penting dari nasib manusia yang harapanya dirampas oleh tubuh negara.

Jadi Merdeka itu apa? Merdeka itu dusta yang tiap hari dibisikkan dalam telinga kita.

Makassar, 2017

#PilarKebangkitan

Komentar