www.google.com |
Sekarang, telunjuk ini ada
padamu. Sabda telah menjadi lagu-lagu merdu para pemburu. Ada suara geli, ada
bunyi tentang tangis, dan ketika teriak sudah ke angkasa, kita meregang salib
pada tubuh penuh luka. Tak ada nyanyian, tak ada puja puji dan doa. Tak ada
rumah kenangan, tak ada untaian kata suci. Darah telah menari, dan kata-kata,
seperti biasa, jelalatan menahan tawa.
Kepala kami, telah mencium semua
altar bumi. di Hari yang berat ini, meski ada sedikit kejahatan, kami tak lagi
mampu diberikan sebuah ampun. Dan kelopak bunga yang kau tawar senilai harga
keindahanya, kami tak pernah mencium kehangatannya. Derita ini bersebab dari
setitik curiga, lalu, ada terselip perasaan tak percaya diri. Telunjukmu telah
menjadi sabda. Dan aku tak pernah abadi di dalam surga.
Makassar, Agustus 2016
Mario Hikmat
Komentar
Posting Komentar