www.google.com |
Aku ingin berkisah padamu ikhwal cemburu. Perasaan yang tak
bersahabat, sedikit jahat dan kadang, kusadari hanya muslihat diri sendiri.
Cemburu, mengirimku pada bahasa baru. Ia mengajariku makna kesedihan, kesepian
dan sedikit perihal doa juga tangisan. Ia meruntuhkan kepercayaan yang telah kukuh dibangun erat genggaman tangan.
Cemburu sudah menumpukan semua rasa bersalahku. Ia
menyerupai ranting-ranting kering yang siap dijilat api. Partikelnya rapi,
tetapi pedihnya selalu saja membawakanku sekardus kebingungan. Kadang, ia
digunakan untuk menata hati, tetapi ada juga yang sering memasaknya menjadi
duka yang perih tak terperi. Cemburu, telah berhasil memperkecil waktuku untukmu. ia menumpulkan akalku, serupa wahyu, ia berkuasa atas diriku.
Meski tak abadi, ia akan jadi ingatan yang bisa mengganggu
setiap hari. Ia serupa ancaman yang hadir di saat muncul matahari pagi, senja, malam, ataupun dini hari. Ia
berbisik dengan kata-kata yang sunyi. Meyelinap pada ruas-ruas tubuhku yang ringkih ini. Kadang ia datang dengan diam, lengkap dengan sekatung
kecemasan, ketakutan, dan emosi. Cemburu, sukses membuatku miskin, namun sekaligus mendorongku untuk berbesar hati.
Aku ingin berkisah padamu ikhwal cemburu, yang kadang, diam-diam
berbuah rindu.
Makassar, Agustus 2016
Mario Hikmat
Mario Hikmat
Komentar
Posting Komentar