www.google.com |
Sudah berapa banyak coretanku
yang kau baca seksama? Rasa ingin tau mengirimku seperti matahari mengiringi
jalan panjang penuh cahaya. Sinarnya yang menyilaukan kata-kata, menjadikan aku
bertanya-tanya. Dapatkah kau mengerti setiap isyarat dan semua perumpamaan yang
tertumpah disana?. Marahmu bisa saja menjadi sarapanku hari ini, dan angin
mengirim gejolak rasa yang tak pernah mudah dipahami. Tak perlu kau takut dan
merasa bersalah. Aku tak pernah sejahat yang kadang kau bayangkan.
Aku kini berusaha menjadi tanah yang dibanjiri doa dan kasih sayang para peziarah. Aku sedang belajar menjadi hujan yang ketulusannya tak terkurung ingatan lampau dan kecemasan. Kau berhak menyapaku kapanpun engkau siap dan mau. Aku tetap mencintaimu. Jika harinya telah tiba, kekasih, kasihku kepadamu tetap seperti semesta yang tak terikat batas-batas kata, yang lebih leluasa menata hati dan ungkapan yang selalu penuh sunyi. Kau akan mengerti makna apa yang bersembunyi dari coretanku yang selalu penuh dengan engkau. Kini semuanya tergantung pada kita, pada kemauan untuk hidup, dalam sebuah rajutan kasih, dalam lingkaran genggaman cinta.
Aku kini berusaha menjadi tanah yang dibanjiri doa dan kasih sayang para peziarah. Aku sedang belajar menjadi hujan yang ketulusannya tak terkurung ingatan lampau dan kecemasan. Kau berhak menyapaku kapanpun engkau siap dan mau. Aku tetap mencintaimu. Jika harinya telah tiba, kekasih, kasihku kepadamu tetap seperti semesta yang tak terikat batas-batas kata, yang lebih leluasa menata hati dan ungkapan yang selalu penuh sunyi. Kau akan mengerti makna apa yang bersembunyi dari coretanku yang selalu penuh dengan engkau. Kini semuanya tergantung pada kita, pada kemauan untuk hidup, dalam sebuah rajutan kasih, dalam lingkaran genggaman cinta.
Barru, Agustus 2016
Mario Hikmat
Komentar
Posting Komentar