(1)
Perjalananmu akan abadi. Melewati
ruang sadar yang penuh kerumitan mengajarkanmu banyak hal tentang hidup.
Bunga-bunga, rintik hujan, dan angin yang meniup keningmu akan mengawetkan
dirinya dalam benakmu yang selalu merindukan cahaya. Kursi di beranda yang
pernah menjadi saksi kau duduk bersamaku, selalu mendendangkan lagu
rindu.
Ditengah malam yang semakin memudar
langit adalah teman terbaik. Ingatan akan menerbangkanmu pada langkah yang
licin, kau tergelincir dan hampir tak bisa bangun lagi. begitupun dengan bintang-bintang yang berkedip, bulan yang ramah dan gemericik hujan yang akan
tiba segera. Ia selalu datang dengan kerisauannya masing-masing. Disebuah ruang
penuh hening aku menemukan getaranmu. Engkaulah rumah itu, tempat berpulangnya
rindu yang selalu tertasbih pada bibirku.
Rindu adalah pekerjaan bagi para
pecinta kesunyiaan. Perjalananmu akan terus berjalan sejauh cahaya melintas
langit. Takkan ada yang sia-sia. Hidup bukan kekonyolan yang patut
ditertawakan. Tangisanmu adalah hadiah yang paling meriah. Merangkak dan
berjalanlah dengan sepenuh hati. Kau akan tiba pada ruang sadar bahwa hidup
adalah pelajaran.
Pada beberapa fase, kau tampak
kesulitan meneguk air mata yang baru saja mendidih. Tiba-tiba wajahmu berubah,
kulitmu sedikit keriput. Dan itu bukan masalah bagiku. Sungai yang jauh itu,
airnya pernah kita minum dengan ribuaan rasa yang penuh curiga. Itu bukan
masalah, meski kau bilang kita akan mati tiba-tiba, buktinya kita akan segera
hidup sama-sama. Kita sedang tumbuh seperti edelweiss yang akan merawat dirinya
sendiri. Abadi itu hanya hadiah kecil. Rindu, mungkin itulah segenggam harapan
yang harusnya kita beri pupuk agar tetap terjaga.
Kau tak akan dimakan usia, tubuhmu
iya. Tapi kekhawatiranmu, mengakar kejantungku menembus batas ruang usia.
(2)
Matamu rintik hujan. Menebarkan
rindu, dan semua perihal ketenangan. Biarkan perasaaan itu berjalan sejauh
jarak mengikat kaki yang kelelahan mencari makna kata cinta. Biarkan ia menemui
laut dengan ombaknya. Perkataan-perkataan yang sejak subuh mengurung ingatan,
membubuhi Pekerjaanmu yang diselimuti oleh kerinduan.
Sambil mengingatmu, aku memikirkan
semua perihal tentang kita. Tentang jari-jari yang mencipta tawa, tentang
senyummu yang membuat dunia seolah hanya punya kita. Sedang air mata, adalah
pilihan yang lahir atas kebebasan diri yang terikat penuh dengan jiwa. Hari
ini, kau memasuki ruang baru, ruang yang Hengan sadar telah mengantarkanmu pada
pohon-pohon,laut-laut, dan sungai yang tampak jernih karna senyummu.
Kau adalah ingatan yang selalu
penuh dan tak pernah tau mengeluh. Di pagi saat kaau terbangun, semoga kesemua
doa dan cita-cita, Memilihmu. Memilih kita sebagai manusia yang selalu terjaga.
(3)
Tidak ada yang istimewa dariku. aku
selalu biasa-biasa saja. Kemejaku sering lusuh dan selalu beraroma matahari.
Aku merindukan anak kecil yang tumbuh dalam diriku, ia selalu bahagia, dan
tertawa seperti udara menembus batas cahaya.
Aku mencari ruang dimana kesenangan
tak lagi menjadi pura-pura. Aku menginginkan rindu, dan semua cita-cita menjadi
nyata. Aku takut menjadi tua dan tak lagi berbahaya. Usia kadang sangat
membingungkan. Bagiku kesedihan adalah musuh, aku tak mengenalnya. Aku membencinya
seperti aku mengutuki perpisahan.
Lalu aku menemukanmu, kau
mengirimku kepada ruang usia yang dipenuhi gelak tawa. Kini aku memutuskanmu
sebagai aku. Sebagai ruang sadarku.
Makassar, 21 April 2016
Mmha
Selamat.
Komentar
Posting Komentar