Penawar Marah

www.google.com

Pagi adalah kemarahan yang membuat matamu sembab karena beberapa hal; rasa khawatir dan kecemasan yang datang berkejar-kejaran. Kau yang tak pandai merawat marahmu. adalah hujan yang mengiringi jalan kering yang kujalani. Sejak matamu pertama kali menemui kelopak mataku, aku menjelma kesabaran yang lebih sabar dari para pejalan yang sudah berkilo-kilo melewati panas dingin cuaca. Aku tetaplah aku, yang membenci perpisahan dengan diri sendiri, juga denganmu.

Jika marah adalah kompilasi dari kejenuhanmu, maka aku terlahir serupa penawar yang pada doa-doaku selalu dengan diam-diam dan hati-hati memohonkan agar kejenuhan enyah dari dirimu. Aku bukan pendoa yang rajin, aku juga selalu lupa bersyukur, tapi kau adalah ingatan yang menyeretku pada keheningan. Doa bagiku, ungkapan keheningan perihal rindu padamu. Dalam diamku yang sering kau artikan sebagai kemalasan, merupakan ikhtiarku untuk mengetuk dan memeluk diri sendiri. sedang tulisan ini adalah caraku memelukmu dari batas-batas yang tak mampu kujangkau. Usahaku mengjangkaumu akan selalu kurawat dan kujaga, sebab aku hanyalah ketiadaan tanpa kehadiran dirimu.

Makassar, Maret 2016
mmha

Komentar