www.google.com |
Rindumu seperti hujan yang tak tau kapan harus berhenti.
Yang dengan perlahan membasahi lapang dadaku. Dingin mengirimkan gigil, membawa
pesan untuk lekas bertemu.
Rindumu, opium yang memberikan candu pada hidupku. Datang
tak menentu, bisa besok, lusa ataupun kapan saja. Menjadikan tubuhku bergetar
menunggu bayangmu membawakan sebuah kabar yang tak sabar.
Rindumu, pinta yang selalu aku ucapkan agar terus bertahan
dirundung badai kegelisahan. Kendaraan yang kugunakan untuk menjengukmu ketika
mimpi buruk diam-diam mengusik lembut matamu saat terlelap.
Dan aku, adalah rindumu yang mewujud seorang lelaki, tak
punya apa-apa, tak lebih dari doa dan sedikit puisi yang sangat sederhana.
Makassar, Februari 2015
mmha
Komentar
Posting Komentar