www.google.com |
Haruskah kita menumpahkan air mata ketika ruang
dan waktu tak lagi menyisakan kesempatan untuk bersua?
Saat sejumlah tawa dan luka berangsur-angsur diatur
sedemikian rupanya, saat tanya yang terlontar tak lagi
memberikan kepastian seperti ramalan cuaca yang
dikabarkan lewat jendela-jendela penuh dusta.
Akankah kita selalu meributkan kesunyian yang eksis
diatas punggung kita, walaupun bingung merambati
sekujur tubuh dan melekat pada unsur tanahnya yang hina?
Nanti, kita hanya akan menyaksikan mata air menghanyutkan
ingatan bilamana kita tetap bersiteguh pada pikir yang melenakan,
kita hanya akan terdiam melihat disembunyikannya kenangan
yang susah payah kita bekukan dengan pelukan.
dan waktu tak lagi menyisakan kesempatan untuk bersua?
Saat sejumlah tawa dan luka berangsur-angsur diatur
sedemikian rupanya, saat tanya yang terlontar tak lagi
memberikan kepastian seperti ramalan cuaca yang
dikabarkan lewat jendela-jendela penuh dusta.
Akankah kita selalu meributkan kesunyian yang eksis
diatas punggung kita, walaupun bingung merambati
sekujur tubuh dan melekat pada unsur tanahnya yang hina?
Nanti, kita hanya akan menyaksikan mata air menghanyutkan
ingatan bilamana kita tetap bersiteguh pada pikir yang melenakan,
kita hanya akan terdiam melihat disembunyikannya kenangan
yang susah payah kita bekukan dengan pelukan.
Makassar, Desember 2015
Mario Hikmat
Mario Hikmat
Komentar
Posting Komentar