Waktu pernah sesekali mengantarkan senyum pada bibir yang rindang
menjadikannya merekah kala pedih memanggil dengan pura-pura menawarkan
setumpuk kenangan.
Ingatan akan sakit yang mendera langit tak perlu diperlebar dan tak perlu diperdebatkan.
Ia sudah menjadi pohon kelapa yang tabah diterpa jutaan angin yang dahsyat menghujamnya.
ayo kita beranjak, tak ada satupun langkah yang rela untuk tidak dilangkahkan
Maka jangan tunda untuk melangkah
selalu ada yang tak sempat disampaikan dari setiap ucap
menggenggam jari jemari dan memeluk punggung
dibalik tumpukan buku dan lipatan langit biru
aku duduk mengikat tali sepatu
Makassar, Agustus 2015
mmha
Komentar
Posting Komentar