Tatap

www.google.com
Aku masih ingat anggukan dan tatap mata yang paling tulus itu, yang mengendap-endap dan pelan-pelan masuk lewat bulu-bulu mataku. Tanpa ada ucapan salam ataupun ajakan makan malam. Itu tatapan paling ikhlas, paling hijau seperti taman bunga yang pernah kusaksikan dengan  mataku. boleh aku melihatnya lagi ? atau andai bisa aku ingin melepas baterai jam tanganku agar waktu tak berlalu saat kunikmati tatapan itu ? andai bisa..sayang aku hanya pengandai yang payah dan menyedihkan.

Kali ini aku tak ingin meminta izin kepadamu, biarkan aku diam-diam mengabadikannya dalam kantung-kantung ingatanku yang sudah tak tau berpikir tentang siapa lagi setelah kenal dengan kuku-kukumu yang katanya jelmaan kunang-kunang. Aku juga ingin membuatkannya prasasti jika aku merasa perlu.

Pada awalnya aku tak percaya hanya dengan sebuah tatapan bisa menerangi pada jejak langkah kaki seorang pejalan. awalnya seperti itu. Namun sekarang aku percaya bahwa kepercayaan mesti dibuktikan, begitupun dengan mimpi-mimpi yang tergantung diatap kamarmu, dijendela, dan di belakang pintu tempat kau sering duduk sendiri sambil membasahi lengan-lenganmu. ya...semuanya perlu pembuktian. 

Makassar, july 2015

Komentar