: Kawan
Halo kawan, bagaimana kabarmu? Dari tempat yang jauh ini saya ingin mengucapkan selamat atas gelar sarjananya.
Kalian ingat? Keringatmu, keringat kita, sama-sama beraroma peluh. Genggaman kita hari itu, menandai sebuah ikatan persahabatan. Banyak yang bilang, disini, kita berteman lebih daripada keluarga. Namun, konsep itu tak terlalu penting untuk kita pikirkan. Sekarang, kita harus mengerti bagaimana menjadikan diri kita sebagai keluarga bagi semua kawan-kawan kita.
Perasaan saya sungguh tersentuh ketika meliat wajah-wajah kalian di hari bahagia itu. Saya melihatnya di sosmed yang kalian punya. Kalian di-wisuda dan mendapatkan gelar sarjana. Saya yakin, bukan hanya orang tua kalian yang menangis haru menyaksikan anaknya telah mencapai suatu titik dalam hidupnya. Keluarga kalian di kampung, teman masa kecil, mantan (jika ada) dan bahkan saya, sebagai kawan kalian yang tak bisa menghabiskan banyak waktu dengan kalian, juga ikut terharu.
Tak banyak yang bisa saya berikan untuk kehidupan singkat bersama kalian. Saya juga cukup iri dengan orang-orang yang bisa lebih bermanfaat untuk kalian daripada saya. Saya selalu menyalahkan diri sendiri ketika saya tak sempat hadir di hari wisuda kalian, di hari syukuran atas gelar kalian pun saya tak sempat menghadirinya. Saya memohon maaf karena tak bisa menjadi kawan yang baik untuk kalian. Saking jahatnya, saya hanya bisa mengucap doa sederhana agar kelak kalian bisa berbahagia dengan segala yang kalian punya.
Saya belakangan ini banyak membayangkan masa-masa awal kita berjumpa, kawan. Setelah saya pikir seksama, tak ada yang lebih pantas saya ucapkan selain terima kasih beserta doa-doa. Terima kasih telah menjadi telinga yang baik dan menjadi bahu yang empuk untuk disandari. Saya akan selalu mengingat kalian, saya akan membunuh rasa bosan yang bisa saja datang untuk mengganggu semua kenangan kita. Maka, dengan surat ini saya mengucapkan selamat berbahagia. Tetaplah sehat seperti biasa.
Untuk kawan-kawan yang dengan gelar barunya telah mencuri rasa haru di mata saya, tetaplah luar biasa dan kuat. Kalian hebat, sejarah telah kalian tuliskan di hidup kalian. Sementara saya? Kalian tak perlu khawatir. Saya akan menyusul kalian beberapa bulan kedepan. Nanti, kalian tak usah repot-repot untuk membawakan saya bunga atau selendang atau boneka yang di bungkus sedemikian rupa. Kalian cukup datang dengan senyuman dan keikhlasan tak terhingga. Kalaupun kalian ingin mengeluarkan sisa-sisa uang kalian, Mungkin lebih baik uangnya digunakan saja untuk membeli buku. Nanti saya bantu untuk menyumbangkannya kepada anak-anak yang lebih berhak menerima.
Terakhir, namun tak kalah penting, tetaplah jadi sahabat yang baik. Tetaplah setia dengan semua perjuangan kita. Jangan lupa berdoa, meski kadang dilupakan, doa adalah satu-satunya alat kita untuk tetap berjumpa meski jarak sedang tak memihak pada kita. Diluar sana, dunia lebih kejam daripada dunia kampus. Kuatkan diri kalian, saya yakin kalian cukup tangguh untuk menghadapinya.
dan akhirnya, hanya surat ini dan seucap munajat yang bisa saya panjatkan. Maafkan jika selama ini saya masih jauh dari baik untuk menjadi kawan kalian. Sungguh, rindu betul saya untuk bercerita tentang apa saja dengan kalian. Mari saling mendoakan agar kelak kita bisa dipertemukan dan bercerita panjang tentang pencapaian-pencapaian yang penuh kebahagiaan.
Selamat atas gelar sarjananya. Tetaplah sehat dan berguna bagi semua.
dari
Mario,
kawan yang selalu bangga memilikimu.
Barru, Juni 2016
Komentar
Posting Komentar